𝗧𝘄𝗿𝗼𝗯𝗼𝘀𝗻𝘂𝘀𝗮𝗻𝘁𝗮𝗿𝗮.𝗖𝗼𝗺-𝗠𝗮𝗸𝗮𝘀𝘀𝗮𝗿 Di tengah hiruk-pikuk pembangunan kota dan semangat mencetak generasi unggul, terdapat sebuah kenyataan yang luput dari perhatian. Asrama Mahasiswa Bombana yang terletak di Kota Makassar, tempat bernaungnya anak-anak muda dari Kabupaten Bombana yang menuntut ilmu jauh dari kampung halaman, kini menyisakan keprihatinan mendalam.
Fasilitas asrama yang rusak dibiarkan terbengkalai. Atap yang bocor, dinding yang mengelupas, dan halaman yang digenangi air menjadi pemandangan sehari-hari bagi para penghuni. Bukan hanya tak layak huni, kondisi ini mencerminkan minimnya perhatian terhadap hak mahasiswa untuk mendapatkan tempat tinggal yang aman dan layak.
Asrama yang seharusnya menjadi ruang tumbuh, belajar, dan bersosialisasi kini justru menjadi simbol dari ketidakpedulian. Para mahasiswa yang mengisi ruang-ruang asrama tersebut adalah generasi penerus bangsa, yang tengah berjuang mewujudkan mimpi mereka dengan segala keterbatasan. Namun perjuangan mereka terasa timpang, ketika tempat tinggal yang menjadi basis kehidupan sehari-hari justru tidak mendukung produktivitas mereka.
Di tengah semangat inklusi sosial dan pemerataan pendidikan, keberadaan asrama ini seharusnya mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah maupun pusat. Keadilan sosial bukan hanya tentang akses pendidikan, tetapi juga tentang lingkungan yang mendukung proses belajar dan pembentukan karakter.
Kondisi ini tidak bisa dibiarkan terus berlanjut. Pemerintah perlu membuka mata dan hati terhadap realitas yang dihadapi mahasiswa rantau. Perbaikan asrama bukan sekadar soal infrastruktur, tetapi bentuk nyata kepedulian terhadap pendidikan dan masa depan daerah. Sudah saatnya suara mahasiswa Bombana di Makassar didengar, bukan hanya ketika mereka berprestasi, tetapi juga ketika mereka berteriak meminta hak yang paling dasar tempat tinggal yang layak.
“Kami datang ke Makassar untuk belajar, membawa harapan dari keluarga dan kampung halaman. Tapi kenyataannya, tempat kami tinggal justru menghambat semangat itu. Atap bocor, dinding mengelupas, kamar-kamar lembab, bahkan halaman asrama tergenang air hingga berhari-hari. Ini bukan hanya soal kenyamanan, tapi soal kesehatan dan keselamatan kami sebagai mahasiswa.”papar Ferdianto Syah, saat diwawancarai Jumat (18/4/25)
“Kami bukan menuntut kemewahan, kami hanya ingin tempat tinggal yang layak. Asrama ini bukan sekadar bangunan, ini adalah rumah kedua kami. Tapi kondisi saat ini seolah menunjukkan bahwa perjuangan kami tidak dianggap penting. Kami berharap pemerintah daerah Bombana dan instansi terkait mau turun tangan. Ini soal keadilan dan tanggung jawab terhadap generasi muda yang sedang berjuang membangun masa depan.”tambahnya
Para mahasiswa penghuni Asrama Bombana menyuarakan harapan yang sederhana namun penuh makna. Mereka tidak meminta fasilitas mewah, melainkan tempat tinggal yang layak, aman, dan mendukung proses belajar mereka.
“Kami berharap pemerintah Kabupaten Bombana tidak menutup mata. Kami adalah anak-anak daerah yang berjuang membawa nama baik Bombana di perantauan. Asrama ini seharusnya menjadi bukti kepedulian daerah terhadap pendidikan anak mudanya. Kami ingin renovasi, perhatian, dan komunikasi yang terbuka agar masalah ini tidak terus berlarut,” ungkap seorang mahasiswa senior yang telah menempati asrama lebih dari tiga tahun.
Mahasiswa juga berharap ada sistem pengelolaan asrama yang lebih baik dan berkelanjutan, agar kondisi memprihatinkan ini tidak terus terulang dari tahun ke tahun. Mereka percaya, jika ada kemauan politik dan empati dari pemerintah, asrama ini bisa kembali menjadi tempat yang nyaman untuk tumbuh, belajar, dan berkontribusi.
Pen/Editor:Andi Syam
Terobosnusantara.Com