Kehidupan Ini Bukan Tempat Persinggahan Tapi Sebuah Proses Perjalanan

Terobosnusantara.Com-Bombana Kehidupan ini adalah sebuah proses  perjalanan ,bukan sebuah tempat  persinggahan,tidak sedikit mengatakan dunia dan kehidupan ini adalah tempat persinggahan untuk sekedar mengambil bekal yang tidak basi kemudian dibawa menuju ahirat .Semua ini perlu renungan dan butuh kajian mendalam ,adakah bekal yang tidak basi? Dimanakah ahirat itu ? Apakah siang dan malam pernah tertunda ?semuanya berjalan sesuai proses dan alurnya , sampai detik ini waktu siang dan malam tidak pernah singgah semuanya tetap berjalan lancar, begitupun setiap perjalanan ,yang di tempuh kilometer tetap bercerita dengan angka yang berbeda suka dan duka tetap menyertai sebagaimana siang dan malam selalu berganti.baik dan buruk tetap harus dirasakan dan dialami sebagaimana Subhanalladzii khalaqal aswajaa qullahaa mimmaa tumbitul ardhu wa ming Amfusihing wamimmaa kanuuu yakzimuun

Setiap bekal pasti basi namun sang pembuat bekal itulah yang sesungguhnya tidak pernah basi, tak ada mayat yang membuat bekal  namun. Hiduplah menjadi perbendaharaan dalam inzan manusia hingga mampu bergerak dan berkehendak melahirkan karya nyata  entah dosa dan pahala semua tergantung kepada individunya. Saat sudah mampu mengetahui yang ini salah dan yang itu benar pasti dia tak mampu pungkiri kebenaran  namun terkadang sebuah hal yang benar di ingkari disebabkan karena prinsip demi kepentingan duniawi.

Tidak usah resah tentang ahirat ,dan mencari keberadaan  dimana  ahirat itu karena niscaya kamu kadang tertipu dengan cerita agama yang sarat dengan pengancaman ayat ,..𝗜𝗡𝗚𝗔𝗧.. Hari ini dan hari kemudian adalah waktu yang berbeda namun berada di tempat yang sama. Dimanakah kamu di awali ? Niscaya di situ juga kamu akan di akhiri. .Huwal awwalu walal ahirati tempatnya di sini  .  Terlalu sibuk dengan ayat pengancaman ,agama dikuatkan ,mesjid berjejeran,jamaah meningkat drastis memenuhi mesjid tapi bukan justru saling mengasihi dan saling menolong  namun justru saling meghancurkan dan memfitnah,lebih baik hina di mata manusia yang penting mulia di mata dan disisi  Allah benarkah ?

Mendapakan  hasil maksimal  dikehidupan ini  butuh berbagai tehnik dan spekulasi , semuanya tergantung dari cara mendapatkannya. Apa yang di jalani dan yang mau di capai di butuhkan angka -angka ,materi perlu hitungan angka  Namun aneh bahkan banyak yang tidak  menyadari ,dengan umur di angka  tinggi ,tapi tak pernah berpikir dengan umur diangka  itu , justru terlena diangka materi yang cukup tinggi dan melupakan Qullu nafzin dzaaikatul maut, orang miskin yang meninggal uang duka diamplopkan Rp ±5000,sementara orang kaya yang meninggal rumah padat amplop berisi tangisan di mana-mana bergemuruh penuh doa apakah yang paling berjasa adalah orang kaya ? Renungkan.  Saat karya bakti orang miskin di perdayakan ,orang kaya dan berpangkat duduk di kursi empuk main telunjuk  .Berpesta orang miskin yang datang hanya segelintir. Amplopnya pun tak cukup beli  bensin, yang paling aneh si kaya kadang buang angin di tempat umum  tapi justru di puji bahwa buang angin itu sehat ,sebaliknya si miskin batuk karena kurang sehat di tempat umum dianggap kurang ajar.  Agama diperkuat adab amburadul . Pesantren digiatkan bahkan kadang diberi fasilitas oleh pemerintah demi terbentuknya adab dan moral yang baik tapi hasilnya tak nyata  ,bahkan tak sedikit pesantren dan mesjid  dijadikan lahan untuk kepentingan golongan  atas nama panti Asuhan dan Panti Jompo tapi hampir mayoritas isinya bisnis,  miris benar negeri yang katanya mayoriras islam tapi tabiatnya tak bermoral

Sungguh kehidupan ini adalah sebuah pelajaran berharga, dan air mata akan menetes saat dalam kesendirian dan merenungi kilometernya. Ucapan yang indah jarang berbanding lurus dengan kejadian di kenyataan, hal itu dikarenakan seseorang selalu melihat keadaan/kondisi orang yang mau dia hargai dan dia percaya  ,tak jarang selalu dikaitkan dengan materinya ,sejujur apapun orang miskin jangan pernah mau di hargai dan di percaya,  kalaupun diberi sesuatu hal itu tak lain karena hanya rasa kasihan dan mengharap pahala ,  bukan karena sebuah bentuk jasa lewat karya.  Saat ini  mayoritas hanya menghargai orang kaya  demi kepentingan politik ,kalaupun ada tak akan bertahan lama karena sistim birokrasi dari dulu sampai saat  ini ,yang pintar mendekat dan menjilat akan bertahan dan duduk di kursi empuk  .Menggunting dalam lipatan adalah masa lalu sampai masa kini tetap menjadi tradisi turun -temurun yang tak akan sirna sampai kiamat.  Itulah tantangan terhebat yang menjadi  bumerang hingga kejujuran serta kebenaran sulit di terapkan sesuai tupoksi dan golongan seseorang .

Masyarakat wong cilik hanya tersenyum dalam kepahitan saat dijanjikan sebuah kebahagiaan dan diberi amplop berisi uang merah dua lembar berlogo Soekarno,”Sabarko hati ,meranako jantung.Rezeki tumpul umur panjang pendidikan minim otak buntu mauko jadi apa,”? Fakir miskin dan anak terlantar di pelihara oleh negara namun faktanya seakan terbalik.makanya,” Sekolah sekolah tapi kau pilih main kelereng,” rumah batu dapat subsidii rumah reok dapat janji ,penjual gula dan kecap mulai bermunculan bahkan handbody  𝗖𝗜𝗧𝗥𝗔  sudah jatuh harga ,kini saatnya befikir demi masa depan ,namun jangan pernah melupakan sebuah jasa  .Sejelek apapun seorang saudara tetap pedis ibarat jahe , dan sekejam apapun seorang ibu cubitan tetap ada ibarat ,” 𝘀𝘂𝗺𝗽𝗮𝗵 𝗧𝗮𝗻𝗱𝘂𝗮𝗹𝗲,” tetap berlaku sebagai saudara solid di masa lalu .

*Penulis:Andi Syam/Bombana*

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *