Terobosnusantara.com-Di tengah situasi pagebluk Covid-19 di Indonesia yang semakin memburuk dan angka kematian pasien yang semakin meningkat, kemungkinan jumlah anak yang kehilangan ayah atau ibunya, atau bahkan keduanya semakin bertambah dan meresahkan.
Mendadak piatu
Di antara ribuan pasien Covid-19 yang meninggal di Jawa Barat ialah Nur Hamiyati, ibu rumah tangga asal Bekasi yang wafat dalam usia 52 tahun pada 5 Mei 2021.
“Aku masih enggak percaya bahwa ini (kepergian ibu) nyata,” kata Aurum kepada awak media dilokasi acara.
Kegiatan Rutin Bulanan santunan anak yatim Prorakyat Bersatu Indonesia Jaya kali ini kita berbagi dengan anak yatim korban pandemi corona yang kali ini kita utamakan, ujar maryani tulen (inisiator dan ketua DPC PRBIJ Kab. Bekasi).
“Alhamdulillah anak-anak senang sekali dengan pemberian sembako dan tali kasih sedikit buat uang jajan serta makan bersama dan mereka berharap pemerintah-pun bisa memberikan santunan tiap bulan buat anak-anak yatim piatu ini, “tambah maryani dengan semangat.
Kepedulian ini tidak terlepas para donasi anggota teman-teman PRBIJ yang gotong royong dan apresiasi donasi dari Ketua PSSI Bp. Yunus Nusi, “tutur leha yang selalu semangat dan ceria mencari donasi para donatur ini.
Dikonfirmasi lewat telepon seluler dengan awak media, acara ini juga mengingatkan ke pemerintah agar segera dibuatkan mitigasi resiko korban orangtua yang terpapar covid. Kejadian yang mendadak ini banyak perlu kajian penyempurnaan untuk pembuatan SOP mitigasi resiko tentang kematian orangtua terpapar covid, karena jangan sampai mereka tidak bisa sekolah lagi.
Ia menjelaskan, setelah anak perempuan menjadi yatim atau piatu, kemungkinan mereka menghadapi hambatan dalam mengakses pendidikan sangat besar karena mereka harus mengganti peran ayah atau ibunya dalam mengurus adik-adiknya. Ada kemungkinan terjadi perkawinan anak. Ketika orang tua tidak ada dan (anak-anak yang ditinggalkan) membutuhkan dukungan untuk membiayai hidup, anak perempuanlah yang akan dikawinkan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Ini biasa terjadi dalam kultur kita. Ini potensi ke depan yang mungkin terjadi,” kata megawati ( Ketum PRBIJ )
Ia juga mengingatkan potensi terjadinya perdagangan anak yatim atau piatu untuk adopsi ilegal.
Perlunya bicara kemungkinan terburuk di dalam keluarga
megawati menyarankan, pemerintah perlu membangun komunikasi dengan masyarakat tentang perlunya keluarga mempersiapkan mitigasi risiko.
Di dalam mitigasi risiko, ketika ayah atau ibu terpapar Covid-19 dan sedang menjalani isolasi mandiri, mereka perlu sesegera mungkin berbicara dengan anggota keluarga besar tentang siapakah yang selanjutnya akan merawat dan membesarkan anak-anak mereka jika hal yang terburuk terjadi: salah satu atau kedua orang tua meninggal. Mitigasi ini perlu terutama jika anak yang ditinggalkan masih balita atau masih di bawah umur.
“Putus sekolah, perkawinan anak, dan adopsi ilegal) masih potensi, tetapi ini mungkin sekali terjadi jika kita tidak berhasil menanggulangi pandemi Covid-19 ini dan jika tidak ada mitigasi risiko baik di internal keluarga inti, komunitas, maupun negara,” katanya mengakhiri wawancaranya.(Red/Tim)